Senin, 01 Desember 2008

HUJAN...

Namanya HUJAN.
Ia tidak pernah datang sendiri, selalu bersama-sama.
Ia hampir menjadi pasangan sehidup semati MENDUNG.
MENDUNG selalu dikaitkan dengan HUJAN.
Namun MENDUNG tidak pernah selalu ingin menjadi pasangan HUJAN.
Makanya terkadang kita sering melihat MENDUNG tanpa HUJAN.
Dan ketika itulah HUJAN tidak ceria.
Ia sering kali mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan air kebahagiaannya.
Sebaliknya, jika MENDUNG tiba, HUJAN akan bergembira seraya mengeluarkan semua energi kebahagiaannya dalam bentuk air.

MENDUNG selalu murung. Banyak cerita kesedihan yang selalu dibawanya.
Namun bagi HUJAN, itulah daya tarik MENDUNG.
Bagaimana membuat kekasihnya itu tak lagi murung, yaitu dengan airnya.
Bagi HUJAN, mengeluarkan energi dari tubuhnya dalam bentuk tetesan air adalah bentuk penghiburan bagi MENDUNG.
Dan itu berhasil.
Setidaknya MENDUNG ingin bersama HUJAN, menceritakan semua kesedihan pada HUJAN.
HUJAN selalu menjadi telinga MENDUNG.
Tiap detik ia mendengarkan keluh kesah MENDUNG.
Dan kemudian HUJAN akan menghiburnya dengan tetesan air.

Terkadang jika MENDUNG murung hanya sebentar, tetesan HUJAN hanya sebentar berwujudkan rintik-rintik.
Namun jika dari pagi MENDUNG sudah murung, HUJAN akan tak henti-hentinya menghibur hingga deras, bahkan rela seharian melepas air energi kebahagiaannya.

Dulu HUJAN murah hati.
Sekarang ia hampir selalu murung.
Mengapa?
Karena ia sedih.
Hampir setiap hari ia melihat MENDUNG.
Tapi MENDUNG yang ia lihat sekarang ini tidak mengundangnya untuk datang.
Tidak juga bisa bercerita seperti MENDUNG biasanya.
Padahal MENDUNG yang biasanya selalu bercerita pada HUJAN.
Dan HUJAN selalu siap menjadi telinga MENDUNG.
HUJAN tidak tahu bahwa MENDUNG yang dilihatnya ternyata hanyalah awan hitam akibat polusi udara.
HUJAN hanya tahu bahwa ketika MENDUNG muncul, tandanya kekasihnya itu datang.

Suatu hari HUJAN bertanya pada MENDUNG.
"Mengapa belakangan ini banyak yang menyerupai dirimu? Aku kira kamu ingin aku datang."
MENDUNG bingung. MENDUNG terdiam. Ia tidak menjawab.
HUJAN melanjutkan.
"MENDUNG, kau lah yang menemaniku selama ini. Aku rela mengeluarkan semua energiku, hanya untukmu. Apa yang sedang kamu rasakan sekarang? Ceritakan padaku."

MENDUNG menjawab lirih.
"Aku tidak tahu. Aku rasa akan banyak MENDUNG-MENDUNG lain yang akan menemanimu. Aku akan pergi, mulai detik ini dari dirimu, HUJAN. Agar semua orang tidak mengidentikkan kita selalu bersama. Karena itu, aku bersyukur banyak yang menyerupai MENDUNG belakangan ini."

HUJAN gelisah. "Mengapa, MENDUNG? Kamu tidak mencintaiku?"

Jawab MENDUNG. "Bagiku, cinta bukan sesuatu yang identik. Bukan pula sesuatu yang harus berdua. Cinta itu individu. Dirimu merasakan cinta, diriku pun juga merasakan cinta. Jika cinta itu artinya berdua kemana-mana, lalu apa bedanya cinta dengan kembar siam? Aku lelah, HUJAN. Lelah dengan stigma semua orang bahwa aku ada untukmu, begitupun sebaliknya. Aku hanya ingin menjadi diri sendiri. Tanpa perlu dikaitkan dengan kamu."

HUJAN tertunduk. Lesu. Mengapa ini terjadi? Apa MENDUNG tidak bahagia?
Namun HUJAN sadar, bahwa ia harus tetap membahagiakan MENDUNG, sekalipun keputusan MENDUNG membuatnya sakit.
Karena HUJAN merasa bahwa cinta adalah MENDUNG.
Dan ia berusaha menerima semua perkataan MENDUNG, cinta itu bukan berdua.

Lalu MENDUNG pun pergi. HUJAN perlahan menyurutkan airnya sepeninggal MENDUNG.

Dan kemudian diganti dengan TERANG.

HUJAN tidak suka TERANG.
HUJAN merasa TERANG terlalu membuatnya kering untuk mengeluarkan semua energi airnya itu.
Padahal TERANG selalu tersenyum untuk HUJAN, beda dengan MENDUNG yang murung namun bagi HUJAN lebih manis daripada senyuman TERANG.

Dan HUJAN pun pergi. Berusaha mengingat paras MENDUNG yang murung.
Berusaha mengingat kembali semua kenangan bersama MENDUNG.
Dan berusaha sekuat tenaga mengejar MENDUNG itu kembali.
Kali ini untuk membuktikan perkataan MENDUNG.
Bahwa cinta itu bukan berdua kemana-mana.
Tapi cinta itu adalah mendengar.
Cinta itu selalu ada disamping individu tersebut, yakni MENDUNG.

u don't have to be with me everytime, all i need is ears....

Tidak ada komentar: