Kamis, 09 April 2009

untold part 1

09.04.09 pk. 22.51

menangis lagi... untuk kesekian kalinya....
menahan perih di hati... sakit...

hampir habis semua energiku untuk kamu... ya, hampir habis...
ketika putus, dibilang gak sayang...
ketika berantem, harus ada yang mengalah tanpa membuahkan solusi sama sekali...
harus aku yang mengalah....
tapi kalo aku bilang aku yang mengalah, kamu marah...
marah karena kamu bilang juga mengalah...
lalu mulai menghitung dosa2ku... menghitung kesabaranmu menghadapiku...

apa ini yang namanya cinta?
apa ini yang harus diperjuangkan?
aku tak pernah berani berbanyak kata denganmu...
karena aku tahu, kamu lebih cerdas...
dan aku selalu menghindari perselisihan...
karena aku gak kuat harus bertengkar dengan orang yang aku sayangi...

mengapa? kenapa? apa?
mengapa harus begini?
kenapa kamu begitu?
apa yang sebenarnya terjadi?

kenapa harus ada perhitungan? kenapa harus ada status? kenapa harus ada tuntutan?
kenapa yang tadinya penggugat menjadi tergugat?
kenapa yang tadinya terdakwa malah menjadi pendakwa?
kenapa kata2 yang keluar dari mulutku seakan jadi keluhan dan memancing emosi?

tak pantaskah aku mengeluh? tak pantaskah aku berbicara?
aku mencoba diam, tapi malah semakin sakit...
sakit bukan main, sakit di dalam hati...
selalu dibilang membahas hal yang sama...
padahal aku hanya ingin perubahan...
sebagai bukti bahwa ada cinta di dalam hatimu...
karena berubah demi orang yang kita sayangi itu halal dan pantas...
malah bagi sebagian orang, itu harus...
demi mempertahankan hubungan...

biarkan mengalir, katanya...
bagaimana bisa? bahkan sesuatu yang menyumbat dimasa lalu tak terpecahkan...
lalu bagaimana itu bisa mengalir kalau ada yang tersumbat?

apa aku yang harus lagi-lagi berubah?
'berantem itu bagian dari proses', katanya....
hak aku untuk berbicara saja dibungkam... langsung ditangkis dengan kata2 'membahas hal yang sama', 'menghitung2 kesalahan', 'mengungkit2'
jadi bagaimana pula bisa berantem?
yang ada ditekan, ditekan dan ditekan...

bahkan jika aku benar2 sudah tak bisa bernapas karena penuhnya air mata...
hanya bisa menyebut nama Tuhan...
dia tak peduli...
masih dengan tegasnya berkata 'gini aja deh, aku butuh kepastian.'
astaga... Tuhanku....

bahagiakah aku? gak tau...
mungkin aku terlalu mendewakan cinta dan perasaan
mungkin aku terlalu takut kehilangan...
mungkin aku terlalu takut sakit menjadi sendirian...

pasrah... menyerahkan pada Tuhan...
yang jelas, aku tak pernah mau ber-manifestasi...
tak berani ber-imajinasi lagi...
aku sudah mulai terbiasa dengan rasa sakit ini...
menyenangkan dalam situasi sakit ini...
menyenangkan bahwa aku bisa tidur setelah aku menangis...
menyenangkan mengeluarkan airmata tanpa diketahui siapapun...

sudahlah, sinisme ini tak akan pernah habis...
entah, rasa sayang atau sakit hati yang ada... semuanya campur jadi satu...
biar Tuhan saja yang tahu, apa yang terbaik untukku...